Rabu, 24 April 2013

MUKJIJAT AL-QURAN


                 


Alquran yang menjadi mu’jizat Nabi Muhammad SAW adalah bukti terkuat untuk saat itu atas kebenaran risalah Muhammad, keindahannya yang merupakan hal yang paling mudah dicerna oleh orang Arab yang notabene adalah pengagum karya sastra mengalahkan segala keindahan syair-syair kaum Quraisy. Meskipun sebenarnya tidak ada lagi alasan bagi orang kafir dan kaum Quraisy Mekkah juga kaum munafik Yahudi khususnya untuk tidak mempercayai kebenaran seruan Nabi Muhammad tapi mereka tetap tidak mengakui kebenaran risalah Muhammad.

Bangsa Arab yang hidup di semenanjung Arab adalah bangsa yang harus berusaha lebih untuk bertahan hidup, hal ini dikarenakan daerah yang tandus yang mereka diami tidak memberikan sumber kehidupan yang mencukupi. Mereka, mayoritas merupakan pedagang meskipun tidak juga sedikit yang hidup dari pertanian dan profesi lainnya. Perdagangan yang merupakan mayoritas pekerjaan orang Arab direkam dan dijadikan sebagai bahan ungkapan oleh Alquran. Banyak kata dan permisalan yang digunakan oleh Alquran “bersumber” dari istilah-istilah perdagangan seperti mitsqal, mizan, ajr, jaza’, yattajirun, hisab, robiha, khosiro dan lain sebagainya.[3]

 Definisi Mu’jizat.

Kata mu’jizat berasal dari bahasa Arab, ajaza yang merupakan kata dasarnya berarti lemah, tidak mampu atau tidak kuasa.[8] Kata ini merupakan kata kerja intransitif (lazim), kemudian dijadikan transitif (muta’addiy) dengan menambahkan huruf hamzah diawalnya atau dengan menambahkan tadi’efh, hingga menjadi a’jaza atau ajjaza yang berarti membuatnya lemah atau menjadikan tidak kuasa.[9] Kata a’jaza inilah yang kemudian dengan sighat ism fai’l berubah menjadi mu’jiz atau mu’jizatun, yang menurut etimologi berarti yang melemahkan.

Dalam buku Mukjizat Al-Qur’an, Quraish Shihab lebih lanjut menjelaskan bahwa pelaku yang melemahkan itu dalam bahasa Arab dinamai dengan معجِز (mu’jiz). Bila kemampuan pelakunya dalam melemahkan pihak lain sangat menonjol sehingga mampu membungkam lawan-lawannya, maka ia dinamai معجِزة(mu’jizat). Tambahan (ة ) pada akhir kata itu mengandung makna superlatif (mubalaghah).[10]

Mukjizat didefinisikan oleh kebanyakan pakar agama Islam sebagai “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau membuat hal serupa, namun mereka tidak mampu untuk membuatnya.” Sebagaimana diungkapkan oleh Al-Suyuthi dalam Al- Itqan ;

المعجزة : أمر خارق للعادة ، مقرون بالتحدى ، سالم عن المعارضة ، وهي إما حسية وإماعقلية. [11]

Menurt Manna Qatthan kata mu’jizat berarti hal yang luar biasa yang tampak pada seorang rasul ataupun nabi yang tidak mungkin untuk ditandingi,[12] Louis Ma’luf juga mengatakan hal tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas. Memang tidak begitu banyak perbedaan yang mendasar tentang defenisi Mu’jizat ini.

Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menantang kaum Quraisy untuk menandingi keindahan Alquran dari segala sisinya. Paling tidak ada empat ayat yang merupakan tantangan bagi mereka yang tidak mempercayai kebenaran Alquran saat itu, keempat ayat itu adalah:

و إن كنت 605; فى ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله و ادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقين ( البقرة : 24 )

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.( al-Baqarah: 24 )

أم يقولون افتراه قل فأتوا بسورة مثله و ادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم صادقين ( يونس : 37 )

Atau (patutkah) mereka mengatakan “ Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah : “(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. ( Yunus : 38)

ام يقولون افتراه قل فأتوا بعسر سور مثله مفتريات و ادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم صادقين ( هود : 13 )

Bahkan mereka mengatakan :” Muhammad telah membuat-buat Alquran itu”, katakanlah:”( kalau demikian ), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.( Hud : 13)

فليأتوا بحديث مثله إن كانوا صادقين ( الطور : 34 )

Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal dengan Alquran itu jika mereka orang-orang yang benar (At-at-Thur : 34)

Tapi ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang merupakan tantangan untuk membuat tandingan Alquran hanya ada tiga ayat, dalam arti tiga tingkatan. Seperti Manna Qaththan yang mengatakan memberikan tiga tingaktan tantangan dengan empat ayat, yang pertama adalah Al-Isro ayat 88 yang berbunyi:

قل لئن اجتمعت الإنس و الجن على أن يأتوا بمثل هذا القرأن لا يأتون بمثله و لو كان بعضهم لبعض ظهيرا

Artinya: katakanlah:”sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka menjadi pembantu dengan yang lainnya”

Diteruskan dengan membuat sepuluh surat saja pada surat Hud ayat 13, yang kalau itu juga mereka tidak mampu maka diteruskan untuk membuat satu surat saja yaitu pada surat Yunus ayat 38 yang kemudian diulangi pada surat al-Baqarah ayat 24.[13]

Sisi Kemu’jizatan Al-Qur’an.

Sisi kemu’jizatan Alquran ini adalah salah satu hal yang sangat variatif, banyak terdapat perbedaan pendapat tentang apa saja yang menjadi mu’jizat Alquran itu, sebagian mengatakan bahasanya dan kandungannya, sebagian lagi mengatakan bahkan satu hurufnya saja merupakan mu’jizat, kandungannya terhadap teori-teori ilmiah.

Dalam buku “Membumikan Alquran”, Quraish Shihab menjelaskan paling tidak ada tiga aspek dalam Alquran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., sekaligus menjadi bukti bahwa informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar-benar bersumber dari Allah swt. Ketiga aspek tersebut akan lebih meyakinkan lagi, bila diketahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang yang pandai membaca dan menulis, ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relatif mengenal peradaban, seperti Mesir, Romawi atau Persia. Ketiga aspek tersebut adalah pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Kedua, pemberitaan-pemberitaan gaibnya, dan yang ketiga isyarat-isyarat ilmiahnya.[14]

Bila diteliti lebih lanjut pendapat para mufassirin tentang i’jaz Al-Quran, maka akan didapati pendapat mereka yang sangat variatif. Sebagian mufassirin, diantaranya Imam Fakruddin, az-Zamlukany, Ibn Hazam, al-Khutabi berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Quran karena fashahat dan balaghat–nya secara keseluruhan. Sedangkan yang lain seperti al-Marakasy berpendapat bahwa I’jaz tersebut disebabkan ia memiliki unsur-unsur keteraturan, kesinambungan dan penyusunan yang berbeda dengan kaedah-kaedah bahasa konvensional kalam Arab. Dalam hal ini, sulit bagi mereka (orang Arab) untuk mengetahui rahasia-rahasia i’jaz Al-Quran, baik mereka lihat dari sisi syairnya, balaghatnya, khitabnya dan lain sebagainya, sekalipun diantara mereka adalah orang-orang yang ahli dalam sastra dan bahasa.[15]

Ada juga sebagian mufassir yang lain melihat I’jaz Alquran tersebut dari sisi prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan sosial (al-ijtima’iyyat), politik (al-siyasat) dan norma-norma (al-akhlaqiyat). Aspek-aspek tersebut bagi masyarakat Arab saat itu adalah sesuatu yang belum pernah terpikirkan mereka sebelumnya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Alquran membawa informasi-informasi baru yang di luar perkiraan manusia. Dari sini jelas bahwa Alquran mengandung dasar-dasar dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yang pada dasarnya tidak mungkin dihasilkan oleh seorang Muhammad yang “ummi” (menurut sebagian besar ulama)[16]

WALI SONGO

                

wali songo

Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.



BERIKUT NAMA-NAMA WALI 


1.MAULANA MALIK IBRAHIM ''wali songo''
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
2.SUNAN AMPEL ''wali songo''
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
3.SUNAN GIRI "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
4.SUNAN BONANG "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
5.SUNAN KALIJAGA "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
6.SUNAN GUNUNG JATI "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
7.SUNAN DRAJAT "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
8.SUNAN KUDUS "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)
9.SUNAN MURIA "wali songo"
(klik LINK nama Wali diatas untuk info lebih rinci)


baca juga:  WALI DAN TINGKATAN WALI
cr: http://bluedolphine86.blogspot.com/

WALI DAN TINGKATAN WALI


karomah. Di Indonesia wali songo merupakan wali yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Cerita-cerita karomah dan kesaktian mereka banyak beredar di Indoensia. Wajar saja jika wali dikaruniai kelebihan karena tugas mereka sangatlah berat yakni membina umat, menjaga Islam dan sebagai "paku bumi" agar bumi tetap memiliki keseimbangan hidup.Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :
Wali Aqthab atau Wali QuthubWali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.Wali AimmahPembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.Wali AutadJumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.Wali AbdalAbdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.Wali Nuqoba’Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.Wali Nujaba’Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.Wali HawariyyunBerasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.Wali RajabiyyunDinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.Wali KhatamKhatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw. 

SILSILAH NASAB NABI MUHAMMAD S.A.W


Banyak orang yang mengenal siapa Itu Nabi Muhammad namun di antara kita juga ada orang yang belum mengenal keturunan atau jalur nasab nabi Muhammad SAW, berikut urut-urutan nasab nabi Muhammad junjungan kita umat islam, secara umum nabi Muhammad adalah keturunan nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ismail :

nasab-nabi-muhammad-saw
nasab nabi muhammad saw

Asal Usul Nabi Ismail Sebagai Bapak Nasab Nabi Muhammad SAW

Sejarah asal usul nasab nabi muhammad :
Nabi Ismail beranjak dewasa dan mengerti bahasa arab dari Qobilah Jurhum. Kemudian Beliau menikah dengan salah seorang wanita dari qobilah tersebut dan Ibunya meninggal dunia. Setelah berselang lama setelah dijenguk oleh Nbai Ibrahim beliau menceraikannya dan menikah dengan perempuan lain yakni dengan putrid Mudhod bin amr ( pembesar Jurhum dan tuannya ). Dari pernikahannya yang kedua ini beliau di karuniai 12 putra yaitu : Nabit/Banaluth, Qoidar, Adbail, Mibsyam, Misyma’, Dauma, Misya, Hadad, Yatma, Yatur, Nafis, Qoidaman. Dari 12 putra tersebut lahirlah 12 qobilah yang menetap di Mekkah. Penghasilan terbesar mereka adalah dari perdagangan dari Yaman ke Syam dan Mesir. Kemudian qobilah ini menyebaar ke jazirah arab bahkan keluar jazirah. Kemudian mereka hilang dimakan zaman kecuali keturunan Nabit dan Qoidar.
Dari Qoidar bin Ismail inilah lahir Adnan ( ayah dari Ma’ad ). Dari adnan inilah arab aladnaniyah terjaga. Adnan adalah kakek yang ke 21 dalam nasabnya Nabi Muhammad SAW. Sehingga kalau Beliau dinasabkan sampai Adnan itulah yang benar, tidak boleh lebih sampai keatasnya. Tapi sebagian Ulama’ ada yang memperbolehkan menasabkan Beliau sampai Nabi Ibrahim sebab hadits yang menyatakan larangan dinilai dhoif. Mereka mngatakan antara adanan dan Ibrahim ada sekitar 40 ayah . DST
Keturunan Ma’ad dari putranya yang bernama Nizar[1] berpencar kepenjuru-penjuru daerah. Nizar sendiri memiliki empat putra, dimana dari mereka lahir empat qobilah besar yaitu : Iyad, Inmar, Robi’ah dan Mudhor. Qobilah Robi’ah dan Mudhor inilah yang memiliki keturunan banyak. Keturunan Robi’ah adalah Asad bin Robi’ah, ‘Inzah, Abdul Qois, dua putranya Wail yakni Bakr dan Taghlib, Hanifah dan yang lainnya. Sedangkan dari Mudhor lahir dua qobilah besar yakni Qois ‘Ailan bin Mudhor dan keturunan Ilyas bin Mudhor. Adapun nasab rincinya di bawah ini :

 SILSILAH NASAB NABI MUHAMMAD S.A.W.

Nasab Nabi Muhammad Dari pihak ayah :
Nabi Muhammad s.a.w. adalah putera dari :
 Abdullah (dari istrinya yang bernama Aminah binti Wahb Az-Zuhriyyah) putera dari :
 Abdullah Muttolib (dari istrinya yang bernama Fatimah binti ‘Amr Al-Makhzumiyyah) putera dari :
Hasyim (dari istrinya yang bernama Salma binti ‘Amr An-Najjariyyah) putera dari :
Abdu Manaf (dari istrinya yang bernama ‘Atikah binti Murroh As-Salmiyyah) putera dari :
Qusoi (dari istrinya yang bernama Huba binti halil Al-Khiza’iyyah) putera dari :
Kilab (dari istrinya yang bernama Fatimah binti Sa’d Al-Yamaniyyah) putera dari :
Murroh (dari istrinya yang bernama Hindun binti Sarir) putera dari :
 Ka’b (dari istrinya yang bernama Wahsyiyyah binti Syaiban) putera dari :
Luay (dari istrinya yang bernama Ummu Ka’b Mariyah binti Ka’b) putera dari :
Golib (dari istrinya yang bernama Ummu Luay Salma binti ‘Amr Al-Khaza’i) putera dari :
Fihr (dari istrinya yang bernama Ummu Golib Laila binti Sa’d) putera dari :
Malik (dari istrinya yang bernama Jandalah binti Al-Harb) putera dari :
Nadhor (dari istrinya yang bernama ‘Atikah binti ‘Udwan) putera dari :
Kinanah (dari istrinya yang bernama Birroh binti Murr) putera dari :
Khuzaimah (dari istrinya yang bernama ‘Iwanah binti Sa’d) putera dari :
Mudrikah (dari istrinya yang bernama Salma binti Aslam) putera dari :
Ilyas (dari istrinya yang bernama Khondaf) putera dari :
Mudorr (dari istrinya yang bernama Rubab binti Jundah) putera dari :
Nizar (dari istrinya yang bernama Saudah binti ‘Ak) putera dari :
Ma’d (dari istrinya yang bernama Mu’anah binti Jausyam) putera dari :
Adnan
ejak dari Adnan ini tidak ditemukan silsilah yang disepakati sohih. Hanya saja silsilah sohih memastikan dan menyepakati beliau keturunan dari Nabi Isma’il a.s. bin Nabi Ibrohim a.s.
Nama Quroisy sebagai nama suku bangsa beliau diambil dari nama lain bagi leluhur beliau bernama Fihr.
dari pihak Ibu :
Nabi Muhammad s.a.w. putera dari :
Aminah putera dari :
Wahb putera dari :
‘Abdu Manaf putera dari :
Zuhroh putera dari :
Kilab
Kilab pada silsilah nasab dari ibu adalah Kilab yang sama dengan yang terdapat pada silsilah dari ayah. Dengan demikian ibu dan ayah beliau s.a.w. masih satu garis keturunan.
Demikianlah nasab nabi Muhammad mudah-mudahan bisa menambah wawasan kita tentang Nabi Kita Muhammad SAW.

MENGAPA ANJING HARAM


 Bagi Umat Islam mengenal Makanan Haram Dalam IslamAda beberapa makanan yang haram untuk di konsumsi seperti Khamer, Daging Babi dan salah satunya adalah Daging anjing. Kenapa Daging Hewan yang dikatakan Sahabat dari Manusia ini Dikatakan Haram?? Berikut selengkapnya Alasan Mengapa Daging Anjing Haram


Alasan Mengapa Daging Anjing Haram


Alasan Mengapa Daging Anjing Haram - Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Kali ini, kita akan membahas mengapa daging anjing diharamkan? adakah sebab ilmiah yang dapat kita ketahui? Berikut penjelasannya.

Prof. Thabârah dalam kitab Rûh ad-Dîn al-Islâmi menyatakan, "Di antara hukum Islam bagi perlindungan badan adalah penetapan najisnya anjing. Ini adalah mu'jizat ilmiyah yang dimiliki Islam yang mendahului kedokteran modern. Kedokteran modern menetapkan bahwa anjing menyebarkan banyak penyakit kepada manusia, karena anjing mengandung cacing pita yang menularkannya kepada manusia dan menjadi sebab manusia terjangkit penyakit yang berbahaya, bisa sampai mematikan. Sudah ditetapkan bahwa seluruh anjing tidak lepas dari cacing pita sehingga wajib menjauhkannya dari semua yang berhubungan dengan makanan dan minuman manusia. [Taudhîhul-Ahkam, Syaikh Ali Bassâm, 1/137].

Benarlah sabda Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِ كُم فَلْيُرِقْهُ ثُمَّ لِيَغْسِلْهُ سَبْعَ مِرَارٍ

Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka tumpahkanlah, lalu cucilah 7 kali. [HR al-Bukhâri no 418, Muslim no. 422.]

Dalam riwayat lain:

طَهُروْرُ إِنَاَءِ أَحَدِكُمْ إَِّا وَلَغَ فِيْهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ اُوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Sucinya bejana kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali, salah satunya dengan tanah" [HR Muslim no. 420 dan Ahmad 2/427]

مَنِ اقْتَنَى كَمبًا إِلاَّ كَلْبَ مَا شِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمِ قِيْرَاطُ

Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qirâth (satu qirâth adalah sebesar gunung Uhud)." [HR. Muslim no. 2941].

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

أَيُّمَا أَهلِ دَارٍ اتَّخَذُواكَلْبُا إِلاَّ كَلْب مَا شِيَةٍ أَوْ كَلبَ صَا ئِدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيْرَاطَانِ

Penghuni rumah mana saja yang memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak atau anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak dua qirâth.[HR. Muslim no. 2945].

Demikian juga Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيْرَاطُ إِلاَّ كَلْبَ حَرْثٍ اَوْ مَا شِيَةٍ

Barangsiapa memelihara anjing, maka amalan shalehnya akan berkurang setiap harinya sebesar satu qirâth, selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak. [HR Muslim no. 2949].

Dari Abu Mas'ûd Radhiyallahu 'anhu beliau berkata:

أََنَّ رَسُو لَاللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلوَانِ الْكَا هِنِ

Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, mahar (hasil) pelacur, dan upah dukun. [Diriwayatkan oleh Imam, Ahmad 4/118-119, 120, al-Bukhâri 7/28 dan Muslim no. 1567.]

Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang berbunyi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

كُلُّ ذِينَابٍ مِنْ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامُ

Semua yang memiliki gigi taring dari hewan buas maka memakannya haram. [HR Muslim 1933]

Meskipun demikian, bukan berarti apa yang Allah ciptakan adalah sia-sia atau tidak ada manfaatnya. Karena Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang haq (benar), dan Allah hendak menguji dari hamba-hambaNya siapa yang terbaik perbuatannya, dan Allah menguji siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang masih ragu-ragu.

Lalu apa manfaat anjing? binatang yang satu ini dapat dimanfaatkan untuk menjaga hewan ternak atau juga bisa dijadikan hewan pemburu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اقْتَنَى كَلْبًا إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ

"Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qiroth (satu qiroth adalah sebesar gunung uhud)." [HR. Muslim]. 'Abdullah mengatakan bahwa Abu Hurairah juga mengatakan, "Atau anjing untuk menjaga tanaman."

Jadi anjing dapat dimanfaatkan untuk menjaga binatang ternak dan khusus untuk berburu setelah dilatih terlebih dahulu. "Jika kamu melepas anjingmu, maka sebutlah asma' Allah atasnya (Bissmillah), maka jika anjing itu menangkap untuk kamu dan kamu dapati dia masih hidup, maka sembelihlah." [HR. Bukhari dan Muslim]

*Keterangan foto: Cacing-cacing pita kotor nan mematikan dicelah daging anjing

Wallahu a'lam bishshawab

(saif/zzl/arrahmah.com)

MENGAPA NABI MUHAMMAD S.A.W MENGAWINI BANYAK ISTRI

Written By Khalifah Muslim on Minggu, 06 Januari 2013 | 15.29

Ilustrasi
Musuh-musuh Islam mencoba untuk menghina dan memojokkan nabi Muhammad SAW dengan cara mencari titik cela yang mereka anggap dapat dimanfaatkan untuk mencelanya. Salah satu titik yang dianggap para musuh nabi untuk memojokkannya adalah fakta tentang perkawinan nabi dengan sembilan wanita yang telah dinikahinya. Tentu saja karena bermaksud memojokkan, maka konteks pernikahan nabi dengan sembilan wanita itu dipandang dari sudut manusia biasa yaitu tentang besarnya libido dan pertimbangan-pertimbangan manusia. Dengan dalih itulah maka para musuh nabi mencela perilaku nabi sebagai kelewatan, apalagi ada yang dinikahinya dalam keadaan masih di bawah umur.

Memandang pernikahan nabi Muhammad SAW dengan sembilan istri dengan alasan libido adalah jelas keliru besar. Dalam banyak fakta bisa dilihat bahwa pernikahan beliau dilaksanakan dengan sebab sebab politik juga pertimbangan kemanusiaan yang berhubungan dengan Islam. Jadi tidak ada alasan menikahi perempuan untuk tujuan-tujuan pribadi seperti masalah libido dan syahwat. Dengan demikian ketika isu ini disebarkan dengan tujuan mencela nabi Muhammad SAW, pada akhirnya padam tanpa sempat berkobar. Semua pandangan akan melihat dengan jelas dengan alasan apa nabi menikahi perempuan-perempuan itu.

Para Isteri Nabi Muhammad SAW

Di dalam sejarah nabi Muhammad SAW, pertama kali melakukan pernikahan dengan Khadijah ra pada saat umur beliau 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun. Semasa hidup Khadijah, beliau tidak menikahi isteri yang lain hingga Khadijah meninggal dunia saat berumur 65 tahun  dan saat itu nabi berumur diatas 50 tahun. Ini fakta yang tidak bisa dibantah. Kalau nabi Muhammad menikah dengan alasan manusiawi seperti syahwat misalnya, maka ketika beliau berumur 25 tahun tentu bisa menikahi perempuan yang sepadang secara usia. Tapi kenapa justru menikahi Khadijah yang saat dinikahi telah berumur 40 tahun dan seorang janda pula ? Selain petunjuk dari Allah SWT tentu saja ada alasan-alasan lain yang sangat strategis sehubungan dengan tugas beliau yang sedang mengembangkan Islam. Secara ekonomi dan status sosial di masyarakat Arab pada saat itu, Khadijah menduduki posisi yang utama, yakni seorang janda kaya raya dan berasal dari keturunan yang mulia pula. Dengan demikian ketika nabi Muhammad SAW bersanding dengannya, kegiatan dakwah mendapat dukungan tidak saja material tapi juga moril.

Nabi Muhammad SAW tetap setia tanpa menduakan Khadijah hingga ia meninggal. Tetapi karena tugas kenabian dan beratnya perjuangan juga pengorbanan terhadap Islam dan perintah Allah serta kasih sayangnya kepada manusia memaksanya untuk menikahi lebih dari satu orang isteri bahkan sampai 9 orang.
Perkawinan beliau dengan Siti Aisyah yang saat itu masih belia, juga bukan alasan manusiawi semata tetap merupakan bagian dari usaha untuk menjalin ikatan dengan Abu bakar, ayahnya Aisyah, dan perkawinannya dengan Hafsah untuk menjalin ikatan dengan Umar bin Khattab. Alasan ini dikuatkan dengan fakta sejarah yang menyebutkan bahwa Hafsah bukanlah perempuan yang jelita.

Kemudian pernikahannya dengan Ummu Salamah adalah untuk meringankan beban hidup yang dijalani Ummu Salamah sendiri karena telah ditinggal suaminya yang syahid di jalan Allah SWT pada peperangan. Lalu Sawadah yang dinikahi oleh Nabi Muhammad karena memiliki sifat yang mulia dan hidup dalam kesendirian dalam keislamannya.

Sementara pernikahannya dengan Zainab bin Jahasy merupakan ujian berat karena pernikahan itu datang dari Allah SWT untuk memberikan pelajaran bahwa menikahi isteri anak angkat itu diperbolehkan. Zainab merupakan janda dari Zaid bin Harisah yang merupakan anak angkat Nabi Muhammad. Hal ini berkaitan dengan tradisi yang terkenal di kalangan jahiliyah tentang tradisi adopsi. Sedangkan dalam Islam tidak ada sistim adopsi. Nabi telah membayangkan tentang sesuatu yang akan dikatakan orang mengenai dirinya karena telah menikahi isteri anaknya, tetapi sesuatu yang dikhawatirkan nabi justru yang ingin dihapus oleh Allah SWT.

Rasulullah mampu bersabar dan menahan diri saat mendengar hinaan yang dikatakan kepadanya. Dan ini bukan hal pertama atau terakhir kalinya beliau melakukan pengorbanan, pernikahan beliau adalah usaha untuk menyebarkan kebaikan serta penghormatan terhadap kemuliaan.

Ummu Habibah binti Abu Sofyan bin Harb, pemimpin Quraisy dalam memerangi Islam, berhijrah bersama suaminya ke Habasyah. Ia memiliki sikap mulia demi menegakkan ajaran Islam dan berani menentang ayahnya yang kafir. Ketika suaminya meninggal maka nabi Muhammad menikahinya agar ia terhindar dari keterasingan juga kecemasan dalam membela agama Allah.

Shafiyah binti Huyay adalah anak seorang Yahudi dan merupakan tawanan perang Khaibar. Nabi memberikan pilihan kepadanya antara memilih masuk Islam dan menjadi isteri beliau atau tetap beragama Yahudi dan dibebaskan. Shafiyah memilih untuk menjadi isteri Rasullulah.
Sedangkan Juwairiyah binti Harits adalah anak seorang kabilah Bani Musthaliq. Dengan demikian ketika pernikahan Nabi dengan Juwairiyah ini dilangsungkan, maka keluarga Bani Musthaliq masuk Islam tanpa keterpaksaan dan sukarela.

Rumah Tangga Nabi Muhammad

Jika orang membayangkan bahwa Rasulullah memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan para istrinya, maka pandangan ini jelas keliru. Karena waktu beliau banyak digunakan untuk berjihad, beliau lebih banyak merasakan penderitaan dan banyak melakukan pengorbanan. Apakah mereka pikir memiliki isteri banyak itu merupakan kesenangan ? Dalam salah satu keterangan dijelaskan bahwa laki-laki muslim diperbolehkan menikat dengan satu, dua, tiga dan empat istri. Namun ini hanya sebuah tawaran karena di akhir keterangan tersebut disebutkan bahwa namun bila tidak sanggup, maka cukup satu saja. Artinya apa ? Ini sebuah kenyataan yang tidak bisa dianggap sepele bahwa memiliki satu istri saja sering kali muncul masalah-masalah yang tidak terduga akibat bersatunya dua karakter, dua watak dan dua orang dari keluarga dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian bila memang tidak mampu, lebih baik bertahan dengan satu istri saja.

Rasulullah SAW hidup dalam rumah tangganya dengan ekonomi yang serba kekurangan bahkan bisa dikatakan orang termiskin dari kalangan muslim yang hidup di zamannya.  Beliau menjalani kehidupan dengan kezuhudan yang luar biasa. Dari fakta ini didapat kesimpulan bahwa menikah dengan lebih dari satu perempuan yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW samasekali bukan untuk bersenang-senang, bukan untuk melampiaskan syahwat, melainkan ada tujuan-tujuan strategis yang tidak lain adalah kepentingan dan kemajuan Islam yang menjadi nomor satu. Agama Islam yang selalu menjadi pertimbangan utama bagi nabi dan bukan yang lainnya.

Bahwa nabi Muhammad SAW hidup dengan ekonomi yang serba kekurangan, ini fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Sejarah telah membuktikan bahwa sepeninggal nabi, tidak ada istana yang megah, tidak memilih harta peninggalan yang berlimpah selain sebuah gubuk. Dengan demikian ketika beliau menikah dengan lebih dari satu perempuan, sekali lagi bukan karena alasan manusia melainkan ada pertimbangan lain yang jauh lebih utama. Tentu saja hal ini tidka bisa terbantahkan, karena perempuan mana yang mau dinikahi oleh seorang laki-laki yang hidup kekurangan, kecuali juga ada pertimbangan-pertimbangan yang utama dari sekedar kesenangan duniawi yaitu membela agama Allah SWT yang jaminannya kehidupan akhirat yang mulia.

Oleh : http://www.anneahira.com/

Kisah Sahabat Nabi: Sa`ad bin Abi Waqqash, Lelaki Penghuni Surga



REPUBLIKA.CO.ID, `Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah,`

Demikianlah Sa`ad bin Abi Waqqash mengenalkan dirinya. Ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.

Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman Rasulullah SAW. Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.

Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah SAW.  Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”

Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik pribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal Sa’ad dengan baik. Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan selalu berlatih sendiri.

Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.

Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.

Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.

Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.

Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.

Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”

Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan.

Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.

Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.

Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.

Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.

Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."

Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”

Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.

Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.